No Result
View All Result
  • Login
Pustaka Bambu
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami
No Result
View All Result
Pustaka Bambu
No Result
View All Result

Tumbal

Kopong Bunga Lamawuran by Kopong Bunga Lamawuran
in Cerpen
A A
1
Tumbal

Lukisan karya Mariam Akhobadze

*****

Ketika menyusuri lorong di antara kelas-kelas menuju ruang kepala SDK-Witihama, Guna telah menyerahkan segala keputusan di tangan Tuhan. Kepasrahan itu begitu menebal, begitu kuat, sampai berpikir untuk berhenti di beberapa ruang kelas untuk mencari dan bertemu dengan guru Konggor pun dirinya tak sempat. Ruangan kepala sekolah itu terletak berdampingan dengan ruang guru, dan karena letaknya yang berdekatan dengan kamar mandi/wc, bisa dikatakan bahwa ruangan itu hanyalah ruang darurat bagi seorang kepala sekolah.

Setelah mengetuk pintu dan memberi salam, setelah mendapat balasan kemudian disuruh masuk, Guna memberanikan diri melangkah masuk lalu duduk pada sebuah kursi tepat di depan kepala sekolah. Sebuah meja membatasi posisi duduk mereka, dan di atas meja itu terletak berbagai arsip.

Setelah diam agak lama, kepala sekolah mengambil sebuah map berwarna kuning yang terletak di depannya. Dibukanya map itu, dan setelah mencermati isi map, dia berujar dengan suara berat, “Tamatan PGRI, ya? Sangat disayangkan ternyata universitas itu tidak diakui Dikti!”

Guna menunduk dan diam cukup lama. Kemudian dia berkata, “Apakah itu menjadi bahan pertimbangan Bapak?”

“Oh, tentu. Tentu. Tapi sudah kubicarakan dengan Guru Konggor kemarin. Tentang persoalanmu ini. Sudah kukatakan bahwa aku hanyalah alat negara. Tidak lebih. Dalam negara ini, di atasku pastilah masih banyak orang yang lebih berkuasa.” Ucapnya dengan senyum. Kemudian dilanjutnya dengan berbisik. “Tapi di sekolah ini, kupastikan bahwa tidak akan ada orang yang lebih berkuasa dariku.”

Guna tersenyum hampa. “Dan apa arti pembicaraan kemarin itu bagi Bapak?”

“Artinya bagiku? Artinya akulah orang yang paling berkemampuan untuk menentukan seorang layak menjadi guru atau jadi pengangguran.”

Ini adalah saat penghakiman. Guna menyadari itu. Saat penghakiman atas kekalahan yang telah terbentuk sebelum dirinya berperang. Dalam perjalanan pulang, disesali keputusan kepala sekolah itu sambil membayangkan wajah ibunya. Dia telah diterima mengajar di sekolah itu. Dalam pikirannya, dia tidak tahu apakah dalam keadaan menangis atau tertawa ketika harus menceritakan penerimaannya kali ini di hadapan ibunya.

(Anjungan, awal 2016)

Page 3 of 3
Prev123
ShareTweetShare

Comments 1

  1. Dominikus Palihama says:
    3 years ago

    Idealis tapi harus rasional. Banyak sekali teman-teman yang mengalami seperti Guna, ditolak karena alasan selembar pengakuan Dirjen Dikti bukan hanya PGRI Kupang, IKIP Budi Utomo Malang juga pernah. Tapi salut terhadapa Tokoh Kepala Sekolah, walaupun ruangannya dipaksakan tapi beliau masih memakai Akal Sehatnya, tentu karena Keseharian seorang Guna yang sopan dalam bertutur dan bertindak.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Di Hadapan Mesin ATM, Kecemasan Kita Berbeda
Esai

Di Hadapan Mesin ATM, Kecemasan Kita Berbeda

Gerai ATM memang bukan sekadar mesin uang. Ada tersimpan harapan sekaligus kecemasan di dalamnya. Keduanya berbeda dimensinya dalam diri setiap...

Read more
Fidel Castro yang Mengagumi Ernest Hemingway dan Perjumpaan yang Remeh
Esai

Fidel Castro yang Mengagumi Ernest Hemingway dan Perjumpaan yang Remeh

Ernest Hemingway, raksasa sastra dunia berkebangsaan Amerika Serikat, pernah tinggal di negara Kuba selama dua dekade di sebuah perkebunan yang...

Read more
Tentang Suporter “Kampungan” di Transisi Sepakbola Modern
Esai

Tentang Suporter “Kampungan” di Transisi Sepakbola Modern

Gol tendangan geledek Ade Nene pada menit ke 93 masa injuri time, mengubah kedudukan menjadi 2-1 untuk keunggulan Perseftim (Flores...

Read more
Cerpen

Kosmas Rangkuti

Setiap hari sepulang sekolah, selepas makan siang, ia keluar lewat jendela dapur dan langsung berada di bawah pohon nangka di...

Read more
Bagaimana Martinus Menjadi Pegawai Honor
Cerpen

Bagaimana Martinus Menjadi Pegawai Honor

Hampir sepuluh tahun yang lalu Martinus menamatkan kuliahnya di Semarang. Berbekal ijazah di bidang desain komunikasi visual, pemuda tampan itu...

Read more
Sepanjang Lubang-Lubang Jalan
Cerpen

Sepanjang Lubang-Lubang Jalan

Orang-orang itu, mereka pikir aku gila. Padahal di waktu yang sama ini, istriku Agnes sedang pula mendekap rasa hebat, kekhawatirannya...

Read more
Instagram Facebook Youtube Twitter Pinterest

Alamat Kami

Pustaka Bambu

Dusun Epubele, Desa Horowura, Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, NTT.
E-mail : pustakabambu@gmail.com

© 2022 - Komunitas Pustaka Bambu

No Result
View All Result
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In