"Siapa sangka, niat baik akan selalu menemukan jalannya, meski tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebab, hukum alam semesta mengatur demikian. Tidak ada yang berdiri sendiri, yang ada adalah keterkaitan."
Sejak menempati lokasi pengungsian Tanah Merah, Kabupaten Lembata, masyarakat Desa Lamawolo dituntut hidup berdamai dengan kondisi yang tidak menguntungkan. Di lokasi pengungsian ini, suhu terasa lebih panas jika dibandingkan dengan kampung yang telah mereka tinggalkan.
Pohon perindang juga jarang ditemukan. Sebab, semula daerah ini hanya padang sabana yang penuh dengan rumput liar. Sebagai pengungsi, masyarakat Lamawolo tidak punya pilihan selain mengikuti arahan pemerintah.
“Bagaimanapun kita terima. Berbeda dengan di kampung to, pohon-pohon tidak ada jadi memang rasa panas setengah mati. Hanya kita sudah tempati jadi kita terima,” ungkap Ketua Karang Taruna Desa Lamawolo, Yohanes Paulus Ola.
Kondisi ini membuat Yohanes dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Karang Taruna, mulai berpikir untuk melakukan sesuatu. Namun, berbagai tekanan yang sedang dihadapi sebagai dampak dari bencana, menempatkan mereka pada jalan buntu. Ada pertentangan dan perbedaan pendapat soal masalah apa yang harus mereka selesaikan terlebih dahulu.
Memang, di lokasi ini, bukan hanya masalah suhu yang tidak bersahabat. Ada pula macam-macam masalah lainnya. Seperti air bersih, pendidikan, akses terhadap sumber kehidupan dan masih banyak lagi.
“Sebagai manusia yang punya keterbatasan, semua masalah penting yang tak kunjung selesai ini, justru menciptakan masalah baru yaitu hidup seperti jalan ditempat,” ucap Yohanes.
Siapa sangka, niat baik akan selalu menemukan jalannya, meski tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebab, hukum alam semesta mengatur demikian. Tidak ada yang berdiri sendiri, yang ada adalah keterkaitan.
Di Kota Lewoleba, ada sosok pria yang yang cukup menarik perhatian. Namanya Andreas Baha Lasar atau biasa dikenal dengan nama Andi Lasar. Andri merupakan pria keterunan Lera Lodo, yang nenek-moyangnya perna bermigrasi dari wilayah selatan Lembata ke lokasi traslok Lamatuka akibat bencana Waiteba Tahun 1979.
Sejak tahun 2018, Andi mulai aktif melakukan penanaman pohon di wilayah Lebatukan untuk konservasi air. Pada Oktober 2022, Andi membangun komunikasi dengan Orang Muda Katolik (OMK) St. Yohanes Paulus Paroki Maria Banneux, untuk melakukan penanaman pohon.
“Ini bentuk kepedulian kami terhadap lingkungan. Tema kita kali ini kan OMK Peduli Lingkungan jadi kita berbuat,” kata Ketua OMK St Yohanes Paulus, Kristoforus Peha Heker.
Dengan modal membaca berita sebelumnya tentang penyerahan pohon di Desa Waimatan oleh WALHI NTT bersama Jurnalis Lembata, Andi pergi ke Tanah Merah untuk menemui Kepala Desa Waimatan.
Alih-alih bertemu Kepala Desa Waimatan, Andi justru tak sengaja bertemu Kepala Desa Lamawolo Antonius Ngaji dan Ketua Karang Taruna di desa ini. “Walupun hanya sementara, tapi pertemuan ini adalah awal dari berbagai kemungkinan,” ungkap Andi.
Andi kemudian menyampaikan bahwa akan melakukan penanaman pohon jika Desa Lamawolo membutuhkan. Kepala Desa Lamawolo dan Ketua Karang Taruna menyambut baik tawaran ini. Sebab, Pemerintah desa pun sudah merencanakannya.
“Sebelumnya kami sudah merencanakan tanam pohon, karena di sini panas sekali. Apalagi saudara-saudara kami dari OMK Yohanes Paulus mau kasih kami anakan nangka,” ungkap Antonius Ngaji.
Hari berganti dan tiba waktunya melakukan penanaman. Pagi itu, 05 November 2022, Andi bersama OMK Yohanes Paulus dan didampingi Staf Kuasa Pengelola Hutan (KPH), mengambil anakan nangka di lokasi pembibitan milik KPH yang dikelola oleh OMK.
Setelah itu, mereka mengatar anakan nangka ke lokasi pengungsian Tanah Merah, Desa Lamawolo. Tiba pukul 07.00 WITA, mereka kemudian membagi anakan nangka kepada masyarakat Desa Lamawolo dan Waimatan.
“Kami bawa 400 anakan nangka, 250 ditanam di Lamawolo. Sisanya 150 nanti mungkin ditambah lagi untuk Desa Waimatan,” Staf KPH Jhoni Ruing menjelaskan hal ini.
Nangka menjadi pilihan, sebab menurut Jhoni, tanaman berbuah manis ini cukup untuk menyerap panas. Daunnya yang jarang gugur bisa menjadi perindang.
Sore hari pada Pukul 03.00 WITA, aktivitas penanaman mulai dilakukan. Anak-anak sekolah tampak begitu bersemangat menanam anakan nangka ini. Di antara mereka ada juga yang berbaur bersama OMK, Pemerintah Desa dan Karang Taruna.
Nangka ditanam mengintari lokasi pengusian Tanah Merah Desa Lamawolo. Sebab, rumah RISHA yang dibangun peremerintah memiliki halaman yang cukup sempit. Lebih tepat, jika ditanami sayur-sayuran dengan teknologi hidroponik.
Saat itu suhu masih cukup panas. Peluh membasahi baju mereka. Sembari tertawa, juga marah-marah, mereka menanam pohon ini sampai Pukul 05.00 WITA. Akhirnya 250 anakan nangkah ditanam.
Mengakhiri kegiatan mereka sore itu, Kepada Desa Lamawolo menyampaikan kesan juga pesan, agar momen ini harus jadi pengingat bagi semua yang terlibat, bahwa mereka pernah bertemu untuk sebuah aksi peduli lingkungan dan mencintai bumi tempat mereka berpijak.
“Kita hari ini terlalu banyak orang. Kalau nanti ketemu bisa lupa. Tapi kalau ketemu, teriak saja nangka tanah merah. Nah, itu pasti saya ingat,” tutupnya.
Semoga om Nangka be berhasil ABG….🙏🙏🙏