No Result
View All Result
  • Login
Pustaka Bambu
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami
No Result
View All Result
Pustaka Bambu
No Result
View All Result

George Orwell dan Peringatan Supaya Kita Jangan Jatuh Miskin

Ricko Blues by Ricko Blues
in Esai
A A
0

Foto : Pustaka Bambu

Secara tersirat, dia menggambarkan kenyataan bahwa hidup di Kota Paris tanpa pekerjaan yang bisa mendatangkan uang adalah kesialan dan seketika kita akan menjadi orang tolol di mata siapa saja yang melihat.

Yang pertama kau alami adalah titik terendah yang khas dari kemiskinan, pergeseran-pergeseran yang terjadi padamu, kekejian yang rumit, makan seirit-iritnya. 

Saking miskinnya dan butuh duit, Orwell harus menyelundupkan beberapa potong pakaiannya dari penginapan, dan menggadaikannya di pegadaian Prancis. Dia mendapat uang tujuh puluh franc untuk pakaian seharga sepuluh pound. Dengan begitu, dia hanya punya pakaian di badan; jasnya sudah rusak di bagian siku-sebuah mantel yang masih cukup untuk digadaikan, dan selembar baju cadangan.

Selama tiga minggu, Orwell luntang lantung tanpa pekerjaan meski dia sempat dapat kiriman honor dari tulisan artikelnya di koran lokal. Dengan susah payah, dia dan sahabat karibnya, Boris, akhirnya memperoleh pekerjaan di Hotel X. Orwell bertugas sebagai tukang cuci piring di hotel mewah tersebut. Bekerja dari pukul tujuh pagi sampai pukul sembilan seperempat malam.

Down and out in Paris and London adalah buku yang penuh drama kehidupan. Riwayat pribadi Orwell dikisahkan dengan polos dan jenaka sekaligus menyingkap salah satu bagian paling mengkhawatirkan dalam hidup manusia yakni melarat karena tidak punya uang. Bagi dia, ini titik terendah dalam hidup.

Sepotong kalimat ikonik dari memoar yang ditulis Ernest Hemingway sepertinya tidak berlaku bagi Orwell, “Kamu cukup beruntung jika pernah tinggal di Paris saat muda karena kemana pun kamu pergi seumur hidupmu, perasaan itu akan tetap tinggal bersamamu karena Paris adalah pesta yang  berpindah-pindah.”

Sebaliknya, dari Paris, Orwell menulis tanpa embel-embel metafora yang menggelegar dan mengecoh pikiran;

Ketika kau sudah mendekati kemiskinan, kau mendapatkan sesuatu yang bisa menyeimbangkan hal-hal lainnya. Kau mendapatkan kebosanan dan berbagai keruwetan yang buruk, dan awal dari kelaparan. Tetapi, kau juga mendapat semacam ‘kebebasan’ dari kemiskinan ini; yakni bahwa kemiskinan melenyapkan masa depan.

Orwell kemudian pindah ke London. Di kota ini, nasibnya ternyata tak lebih beruntung. Justru semakin mengkhawatirkan. Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Orwel terpuruk di jalanan. Bergaul dengan para gelandangan, orang-orang jalanan dan tinggal berpindah-pindah di rumah-rumah penampungan.

Dengan pengalaman ini, dia memotret dari dekat kehidupan para gelandangan di jalanan Kota London, menguak isi hati mereka, menyibak persoalan hidup mereka hingga terlempar ke jalanan dan stigma-stigma masyarakat urban pada gelandangan. Semuanya terjadi hanya karena mereka tak punya uang.

Dengan keyakinan-keyakinan filosofis dan kepercayaan yang sifatnya religius, kita bisa saja tersenyum sinis jika orang berkata, ‘uang adalah segalanya. Segalanya-galanya uang.’

Orwell tak menampik anggapan itu, tapi…

Aku hanya bisa berkata, inilah dunia yang akan menunggumu jika kau tak punya uang.

Page 2 of 2
Prev12
ShareTweetShare

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Juga

Sepanjang Lubang-Lubang Jalan
Cerpen

Sepanjang Lubang-Lubang Jalan

Orang-orang itu, mereka pikir aku gila. Padahal di waktu yang sama ini, istriku Agnes sedang pula mendekap rasa hebat, kekhawatirannya...

Read more
Tumbal
Cerpen

Tumbal

Pagi itu, setelah menggosok gigi dan duduk bersandar pada sebuah kursi di teras rumah, dia mendengar teriakan guru Konggor, seorang...

Read more
Rumah Kami + Ayah Otoriter
Cerpen

Rumah Kami + Ayah Otoriter

KEHENINGAN HANYA ada di larut malam. Tapi karena saat itu kami biasanya telah lelap, maka kami jarang menikmati suasana hening...

Read more
Cerpen

Kosmas Rangkuti

Setiap hari sepulang sekolah, selepas makan siang, ia keluar lewat jendela dapur dan langsung berada di bawah pohon nangka di...

Read more
Esai

Keutuhan dan Warna Lokal Mengantar Benih Padi Terakhir ke Ladang karya Silvester Petara Hurit – Kritik Sastra

Secara umum kita memahami karya sastra sebagai sebuah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dalam dunia baru ini, pengarang menggunakan...

Read more
Fidel Castro yang Mengagumi Ernest Hemingway dan Perjumpaan yang Remeh
Esai

Fidel Castro yang Mengagumi Ernest Hemingway dan Perjumpaan yang Remeh

Ernest Hemingway, raksasa sastra dunia berkebangsaan Amerika Serikat, pernah tinggal di negara Kuba selama dua dekade di sebuah perkebunan yang...

Read more
Instagram Facebook Youtube Twitter Pinterest

Alamat Kami

Pustaka Bambu

Dusun Epubele, Desa Horowura, Kecamatan Adonara Tengah, Kabupaten Flores Timur, NTT.
E-mail : pustakabambu@gmail.com

© 2022 - Komunitas Pustaka Bambu

No Result
View All Result
  • Home
  • Esai
  • Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Liputan
    • Berita
    • Feature
  • Opini
  • Komunitas
  • Kontak Kami

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In